Selasa, 28 Februari 2017

Tips Memilih Wadah Makan yang Aman untuk Anak

Tentu sebagai orangtua baru selalu ingin yang terbaik buat si kecil. Termasuk membelikan perlengkapan makan. Selain warna dan desain ada hal lain yang wajib dicermati saat membelinya.

Mungkin terlihat sepele, namun memilih alat makan untuk si anak tentu tak bisa sembarangan. Jangan sampai memberikan resiko si kecil terkena luka ataupun ia jadi tak bersemangat makan karena tak nyaman. Simak 4 tips untuk memilih alat makan yang aman!

 1. Tumpul
Dalam memilih alat makan, pastikan tak ada bagian yang tajam. Pilihlah alat makan yang tumpul dan tidak berpotensi untuk melukainya. Semakin belia usia anak, semakin anda harus betul-betul memperhatikan hal ini. Jangan membiarkannya menggunakan pisau atau garpu untuk dewasa. Dalam memilih alat makan plastik, pastikan jika tak mudah patah.

 2. Mudah Digenggam
Permukaan yang tebal dan membulat akan membuat si kecil menggenggam alat makan dengan lebih mudah. Sendok dan garpu yang mudah dipegang membuatnya lebih mudah membiasakan diri menggunakan sendok dan garpu

 3. Bahan Tidak Berbahaya
Masih banyak alat makan anak yang beredar mengandung racun. Bacalah dengan cermat kemasan alat makan sebelum membelinya. Pastikan jika materialnya aman bagi anak. Jangan memberikan si kecil alat makan yang sembarangan dibeli, dan cermati terlebih dulu.

 4. Menarik
Membiasakan anak agar mau makan sendiri dengan sendok dan garpunya memang gampang-gampang susah. Salah satu cara menarik perhatiannya adalah dengan memilih alat makan dengan warna dan gambar yang menarik.


sumber

Tips Mengatasi Anak Tantrum

Ketika si kecil Anda mengalami ledakan tantrum atau ledakan kemarahan, apa yang biasa dan bisa Anda lakukan untuk meredakannya?
Hampir semua ibu mengalami kegalauan dan merasa bingung menghadapi anak-anak mereka yang tantrum. Terlebih bila tantrum itu terjadi ketika sedang berada di luar rumah atau tempat-tempat umum atau di saat ibu sedang disibukkan oleh sesuatu, maka tekanan yang dirasakan oleh ibu pasti akan semakin besar.
Secara teori, tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun dan hanya berlangsung sekitar 2 menit. Karena ketika kemampuan verbal dan kontrol fisik seorang anak sudah semakin membaik, sifat atau perilaku tantrum ini akan mereda dengan sendirinya. Namun, tentu saja, menangani tantrum tak bisa sembarangan. Harus ada pembinaan dari orangtua kepada anak tentang bagaimana mereka harus belajar mengontrol diri dan mengatasi gejolak emosi mereka. Jika hanya melakukan pembiaran dengan menganggap “ah, namanya juga anak-anak, nanti juga bakalan hilang sendiri” dan bahkan menuruti setiap tuntutan anak, maka imbas ke depannya adalah anak akan tumbuh menjadi anak yang bossy dan egois.
1. Cari tahu dan pelajari penyebab anak-anak menjadi tantrum. Anak-anak cenderung mudah marah karena mereka lapar, sakit, bosan, kelelahan, atau frustrasi. Mempelajari penyebab ini tentunya butuh observasi selama beberapa minggu, tidak bisa hanya sehari atau 2 hari saja. Buat catatan-catatan perilaku keseharian anak, dan kemudian pelajarilah catatan tersebut. Kita bisa mengetahui kapan anak cenderung mudah marah, apa penyebabnya, kapan saja anak bisa tidak marah dan menurut, kondisi emosinya saat ia sakit atau kelelahan, dan lain sebagainya. Dari catatan itulah nantinya kita bisa mencari jalan untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya tantrum. Bagaimanapun, menghindari penyebab tantrum itu lebih mudah daripada menghadapi ledakan tantrumnya.
Jadi, jangan buru-buru berkonsultasi dan menanyakan “anak saya kenapa”, “saya bingung menghadapinya”, “saya ngga tahu kenapa dia begitu” atau “bagaimana solusinya” jika kita sendiri belum mencoba untuk mencari tahu dan mengobservasi anak kita sendiri. Yang paling mengerti anak-anak seharusnya adalah ibu dan ayah mereka. Psikolog, konsultan anak, dokter, semua mempelajarinya dari keterangan orangtua si anak. Memberikan solusi hanya sesuai teori. Tapi bagaimana prakteknya di rumah atau di luar, mereka tidak tahu dan pastinya banyak yang tidak akan mencari tahu.
2. Perhatikan gejala awal anak tantrum. Biasanya, sebelum anak benar-benar “meledak”, mereka akan menunjukkan tanda-tanda merasa “kesulitan” atau frustrasi. Misalnya seperti mereka tampak tidak sabar menyelesaikan sesuatu, membuang apa yang ada di tangannya, menarik napas dalam-dalam, ber-“ah-eh” (atau mimbik-mimbik – bahasa Jawa), atau perubahan mimik wajahnya. Bila tanda-tanda semacam ini sudah mulai terlihat, segera berikan pertolongan pertama : alihkan perhatiannya.
3. Alihkan perhatiannya. Perlihatkan sesuatu yang dapat menarik perhatiannya, atau ajak anak melakukan hal seru yang ia sukai, atau tawarkan untuk membacakan cerita. Sangat penting bagi kita untuk tahu apa saja yang bisa mengalihkan perhatian anak. Dan sekali lagi, ini adalah pengetahuan dasar yang harus diketahui oleh setiap orangtua.
4. Pindahkan ke lokasi yang lebih aman. Anak-anak cenderung suka melempar apa yang ada di sekeliling mereka atau berguling-guling di lantai saat mereka tantrum. Maka pindahkan ke tempat dimana ia bebas berguling-guling atau menangis yang tidak ada barang-barang di sekitarnya yang bisa mereka rusak. Atau jika sedang berada di luar rumah, pelukan ibu adalah tempat teraman bagi seorang anak yang tantrum. Biarkan anak menangis dan peluk mereka. Orang di sekitar Anda mungkin terganggu, tapi abaikan perasaan malu dan tidak enak itu. Itu wajar, dan setiap anak wajar mengalami tantrum. Yang tidak wajar adalah menuruti semua keinginan anak.
5. Jangan menyerah dan menuruti apa yang diinginkan anak. Ketika kita menyerah pada kemarahan anak dalam hitungan 2 menit atau 10 kali pukulan (jika anak marah sambil memukul), atau saat kita merasa malu pada orang lain di sekitar kita, maka anak-anak akan belajar dan menjadikan itu sebagai senjata canggih mereka di kemudian hari. Mereka akan belajar bahwa jika mereka menangis dengan gigih sedikit lagi, Anda akan luluh dan memberikan apa yang mereka mau. Maka, cobalah untuk tenang dan abaikan kemarahannya. Jika Anda nampak ingin marah dan mulai tersulut emosi, segeralah pergi dan hindari anak untuk sesaat sambil menenangkan diri Anda.
Salah seorang senior saya di sekolah bercerita bahwa anaknya cukup keras kepala dan ketika keinginannya tidak dipenuhi, anak tersebut akan marah dan menangis sambil bergulingan di lantai. Dan ketika sang ibu yakin tempat itu aman, maka anak itu pun dibiarkan saja tiduran di lantai bahkan sampai tertidur sungguhan di sana. Beliau memberikan jarak yang cukup untuk mengawasi, sambil tetap dengan aktivitas beliau sendiri. “Memang berhasil, Dik. Setelah mereda marahnya atau saat ia terbangun, saya akan memeluknya dan memberinya pengertian. Beberapa kali memang terjadi seperti itu. Tapi, saya tidak menyerah dan akhirnya anak sayalah yang menyerah dan tahu bahwa usahanya dengan cara menangis dan marah itu tidak akan berhasil,”.
6. Jangan tertawakan anak yang sedang tantrum. Anak yang sedang tantrum tidak boleh ditertawakan, dan jangan sampai membuat mereka beranggapan bahwa marah itu lucu karena semua orang tertawa. Ketika Alifa mulai merajuk dan marah, tante dan omnya sering menertawai tingkahnya. Memang lucu melihat bibirnya mengerucut dan mata sipitnya bersinar-sinar marah. Tapi, pada akhirnya itu semua justru semakin membuat tantrumnya menjadi. Semakin keras ia ditertawakan, semakin hebat pula tantrumnya. Karena ia tahu, ia “lucu” saat marah, dan ia ingin menarik perhatian dari tante dan omnya.
7. Jangan respons keinginan anak sampai ia berhenti tantrum atau berteriak. Anak-anak harus belajar bahwa setiap keinginan harus disampaikan dengan baik, bukan dengan marah, berteriak, dan menangis. Terkadang saya hanya menatap Alifa saat ia menangis minta sesuatu, atau saya hanya menghela nafas dan memberi isyarat bahwa saya ada di kamar jika ia membutuhkan saya. Saya tidak mengatakan apapun, sampai ia diam dan datang memeluk saya. Barulah saya katakan, “apa kata ajaibnya jika kamu butuh bantuan?” dan  perlahan ia mengatakan, “tolong, Bunda…”. Atau bila itu terjadi di tempat umum, saya akan dengan tegas mengatakan padanya, “Bunda hanya akan mendengarkan mbak Fafa jika mbak Fafa bisa bilang dengan baik”.
Anak-anak harus belajar dan tahu bahwa orangtualah yang memegang kendali, bukan mereka. Dalam artian, mereka boleh mengungkapkan keinginan dengan cara yang baik, namun tidak semua keinginan mereka harus dipenuhi. Inilah sikap yang seharusnya dimiliki oleh orangtua. Kita, orangtualah yang harusnya bisa mengendalikan anak, bukan anak-anak yang mengendalikan kita.
8. Berikan pelukan dan ajak anak bicara setelah tantrumnya reda. Kita wajib menentramkan hati anak dan memberikan mereka pengertian tentang sikap-sikap yang baik dan mengajari mereka cara mengungkapkan keinginan mereka dengan baik. Jika kita hanya membiarkan saja, tanpa memberikan mereka pengertian bahwa apa yang mereka lakukan itu salah, maka semua cara di atas akan sia-sia. Anak-anak tidak akan belajar dari sana dan akan menganggap bahwa tangisan dan kemarahan mereka adalah hal yang biasa. Namun, ajaklah mereka untuk mengatasi dan mengolah emosi mereka menjadi lebih baik.

sumber

Jadwal MPASI bayi 6 bulan

Wah, si kecil sudah memasuki usia 6 bulan, Bu? Sebentar lagi, saatnya pemberian makanan pendamping ASI atau MPASI lho.
Jangan terlambat mengenalkan si kecil dengan MPASI. Kalau ia sudah bisa menegakkan kepala, bisa duduk dengan bantuan atau kadang memasukkan benda ke mulutnya, itu artinya si kecil sudah siap menerima makanan pertamanya.
Bayi berusia 6 bulan yang diberikan ASI dan makanan tambahan berpotensi tumbuh menjadi anak hebat. Anak hebat itu pintar tidak hanya dari sisi intelegensi (IQ) semata, namun juga pintar dari sisi emosional (EQ) seperti memiliki rasa peduli terhadap sekitar dan cepat tanggap saat mendapat informasi baru dari lingkungan.
Nah, pasti Ibu ingin si kecil tumbuh jadi anak hebat, kan? Karena itu, penuhi semua kebutuhan nutrisi harian sejak dini secara terjadwal. MPASI ini bisa berupa makanan lembut agak cair seperti bubur susu, bubur buah maupun bubur sayuran dan yogurt.
Kendati telah mengonsumsi makanan tambahan, ASI harus terus diberikan hingga usia 2 tahun karena makanan tambahan tersebut sifatnya hanya untuk mendampingi atau melengkapi nutrisi si kecil ketika pencernaannya sudah siap mengolah makanan.
Sebagian ibu mungkin masih merasa bingung untuk merencanakan menu sehat buat si kecil yang berusia 6 bulan. Kalau tidak direncanakan atau dijadwal dengan baik, bisa-bisa si kecil malah rewel karena lapar dan ibu kesulitan membentuk rutinitas pola makannya.
Jadi, agar ibu lebih gampang menyiapkan MPASI buat si kecil setiap hari. Yuk, simak dulu jadwal pemberian MPASI untuk bayi 6 bulan berikut ya, Bu…

Pemenuhan Kebutuhan Gizi Bayi 6 Bulan

 No. 
 Jam
 Bentuk  Makanan 
 Jumlah
 1.
 06.00
 ASI
 Sekehendak bayi
 2.
 09.00
 Bubur,  buah/sari  buah,
 2-3 sendok makan secara bertahap tingkatkan perlahan  sampai ½  gelas/mangkuk ukuran 250 ml tiap kali makan atau sekitar 125 ml  MPASI tiap kali makan.
 3.
 12.00
 ASI
 Sekehendak bayi
 4.
 15.00
 Bubur,  buah/sari  buah
 2-3 sendok makan secara bertahap tingkatkan perlahan  sampai ½  gelas/mangkuk ukuran 250 ml tiap kali makan atau sekitar 125 ml  MPASI tiap kali makan.
 5.
 18.00
 ASI
 Sekehendak bayi
 6.
 21.00
 ASI
 Sekehendak bayi

Seperti yang bisa dilihat pada tabel, makanan pendamping ASI berbentuk lumat bisa diberikan 2-3 kali sehari dengan makanan selingan berupa buah atau biskuit sebanyak 1-2 kali sehari. Jumlah takaran 2-3 sendok secara bertahap hingga mencapai ½ gelas atau 125 ml setiap kali makan.
MPASI yang diberikan berupa makanan lumat seperti daging/ikan/telur, tahu/tempe  dan  buah  yang dilumatkan/disaring, seperti tomat saring, pisang lumat halus, serta pepaya lumat atau air jeruk manis. Untuk jenis bubur, Ibu dapat membuat bubur susu maupun bubur ASI.
Secara bertahap teksturnya bisa diganti makanan yang lembik atau dicincang yang mudah ditelan bayi seperti bubur nasi campur, nasi tim halus, dan bubur kacang hijau.
Usahakan untuk mengenalkan beragam jenis makanan, buah atau sayur pada bayi untuk mendukung asupan nutrisi sang buah hati seperti protein, Kalsium, Zin, zat besi, vitamin A dan vitamin C serta folat.
Jika Ibu memberikan MPASI pada bayi usia 6 bulan sesuai jadwal, Ibu akan lebih mudah membentuk pola makan secara rutin untuk mengoptimalkan perkembangan fisik dan mentalnya.
Ayo Bu, dukung si kecil jadi anak hebat dengan memberikan MPASI sesuai jadwal ya…